Pengertian Kurban dan Aqiqah yang Wajib Umat Islam Ketahui

Kurban dan aqiqah mempunyai kemiripan, yakni sama melalui proses menyembelih hewan. Keduanya mempunyai hukum sunnah muakkad. Tetapi, ada ketidaksamaan pemahaman kurban dan aqiqah yang harus umat Islam kenali..

Ada beragam pendekatan yang dapat kita telusuri dari pemahaman kurban dan Aqiqah. Pertama, kita saksikan dahulu dari pendekatan bahasa. Asal-usul kata kurban dan aqiqah mempunyai penjelasan yang lain.

Kurban datang dari kata ari qariba- yaqrabu qurbanan wa wirbanan. Mempunyai makna “dekat”, dan artinya mempunyai arah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjalankan perintah Allah. Seperti cerita Nabi Ibrahim, untuk taat jalankan perintah Allah, ikhlas mengurbankan anaknya Nabi Ismail. Tetapi selanjutnya badan Nabi Ismail ditukar dengan domba, oleh Allah SWT.

Kata kurban terkait dalam kata “udhiyyah”, yaitu wujud jamak dari “dhaniyyah”. Datang dari kata “dhaha”, yang mempunyai makna “waktu dhuha”. Ini terkait sama waktu pemotongan kurban, dilaksanakan di saat waktu dhuha, sesudah shalat Ied.

Sedang pemahaman aqiqah lewat pendekatan bahasa, yakni mempunyai makna “menggunting”. Asal ucapnya ialah aqqa-yauqqu-aqqan. Menurut beberapa ulama, istilah “menggunting” banyak memiliki arti. Dapat memiliki makna “menggunting” atau “menyembelih”. Menggunting rambut bayi yang baru lahir, dan menyembelih hewan. Menurut Abut Ubaid, pemahaman aqiqah yakni menggunting rambut yang berada di kepala bayi.

Berdasar istilah, aqiqah bermakna pemangkasan atau pemotongan hewan, dalam rencana mengucapkan syukur ke Allah, karena kelahiran anak (wanita atau lelaki). Sukuran aqiqah dibarengi dengan pemangkasan beberapa rambut bayi.

Riwayat Dan Alasan Kurban dan Aqiqah

Pemahaman kurban dan aqiqah dapat disaksikan dari segi riwayat dan dalilnya. Bagaimana riwayat yang mendasari satu hukum Islam, dan apa alasan simpatisannya. Dengan ketahui riwayat, kita jadi bisa pahami jika kurban dan aqiqah mempunyai pemahaman yang lain.

Riwayat dan Alasan Kurban

Hari raya kurban mempunyai background kejadian mengenai perjuangan Nabi Ibrahim yang sudah lama tidak mempunyai anak. Tetapi, sesudah Allah mengaruniai Nabi Ibrahim seorang anak, yakni Nabi Ismail, Allah memerintah Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak sulungnya.

Pasti ada rasa ragu yang terbesit pada diri Nabi Ibrahim, karena sejauh ini sudah menunggu seorang anak, tetapi ia harus mengurbankannya. Menyembelih leher anak sendiri. Kebimbangan Nabi Ibrahim dijawab oleh Nabi Ismail berbentuk support, jika dianya tulus untuk disembelih untuk patuh ke Allah.

Karena itu ketika anak itu sampai (pada usia mampu) usaha bersama Ibrahim, Ibrahim berbicara: “Hai anakku sebenarnya saya menyaksikan dalam mimpi jika saya menyembelihmu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu!” Dia menjawab: “Hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintah padamu; insya Allah kamu akan merasakanku terhitung beberapa orang yang sabar.” (QS Ash Shaaffaat ayat 102)

Saat proses pemotongan dikerjakan, dan Nabi Ibrahim akan menggoreskan belatinya, Allah menukar badan Nabi Ismail dengan satu ekor domba. Hingga, Nabi Ismail tidak jadi disembelih. Nabi Ibrahim benar-benar mengucapkan syukur, dan makin dekatkan diri pada Allah. Kejadian ini dirayakan tiap tahun, jadi perintah dalam Al-Quran, supaya manusia selalu mengucapkan syukur dan ingat untuk jalankan perintah Allah.

“Karena itu sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah hewan kurban.” (QS. Al-Kautsar: 2).

Riwayat dan Alasan Aqiqah

Berlainan hal dengan kurban, adat aqiqah telah ada semenjak jaman usiliyah. Beberapa orang saat sebelum Nabi Muhammad mempunyai adat menyembelih kambing, selanjutnya darahnya diberi ke sang anak bayi dengan arah keyakinan tertentu. Adat ini cukup mengakar dalam masyarakat Arab, dan susah untuk dihilangkan.

Saat tuntunan Islam datang, Nabi Muhammad menukar adat aqiqah secara lebih manusiawi. Yakni dengan cukur rambut kepala bayi dan menukar darah dengan melumur wangi-wangian. Sedang kambing yang disembelih, diolah dan disedekahkan ke beberapa orang miskin sebagai wujud rasa sukur karena sudah memiliki anak.

“Dulu kami di periode usiliyah jika salah seorang antara kami memiliki anak, dia menyembelih kambing dan membaluri kepalanya dengan darah kambing itu. Karena itu, sesudah Allah datangkan Islam, kami menyembelih kambing, cukur (menggundul) kepala sang bayi, dan membalurinya dengan wangi-wangian.” (HR Abu Dawud dari Buraidah).

Tata Langkah Pelaksaan Kurban dan Aqiqah

Kurban dan aqiqah mempunyai tata langkah yang sama tetapi tidak sama. Sama menyembelih kambing, tetapi pada kurban bisa menyembelih unta, sapi, dan kerbau. Sedang aqiqah cuman menyembelih kambing.

Kurban dikerjakan di tanggal 10 Dzulhijjah sesudah Shalat Ied, sampai Matahari tenggelam pada tanggal 13 Dzulhijjah. Sedang aqiqah dikerjakan sesudah bayi baru lahir, diprioritaskan pada 7 hari sesudah bayi lahir. Tetapi tetap bisa dilaksanakan sesudah 7 hari, disamakan dengan kesiapan semasing.

Meskipun pemahaman kurban dan aqiqah mempunyai kemiripan, yakni hewan yang disembelih sebaiknya sehat dan tidak cacat, masih tetap mempunyai ketidaksamaan dalam jumlah hewan yang disembelih. Pada hewan kurban, untuk mengurbankan unta, sapi, atau kerbau dibolehkan patungan sekitar optimal 7 orang. Sedang untuk kambing dan domba, bisa dikurbankan dalam jumlah satu saja, untuk seseorang.

Sedang pada kambing untuk aqiqah, dua ekor untuk anak lelaki yang lahir. Dan seekor untuk anak wanita. Dari Aisyah ia karena : Rasulullah bersabda : “Bayi lelaki diaqiqahi dengan 2 kambing yang serupa dan bayi wanita satu kambing.” [Shahih, Hadits Kisah Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan]

Pada proses pembagian daging, kurban dibagi secara mentah. Sedang aqiqah disunnahkan untuk diolah lebih dulu, tidak membagikan pada kondisi mentah. Supaya beberapa tetangga, anak-anak, dan orang fakir miskin bisa melahapnya langsung dengan berbahagia.

Kunjungi website: Jasa Aqiqah Jakarta